Infest Yogyakarta

Pemberdayaa Petani Paska Letusan Merapi

Cover Image for Pemberdayaa Petani Paska Letusan Merapi

Rembug Warga Treko untuk Merumuskan Pengembalian Pertanian

Rembug Warga Treko untuk Merumuskan Pengembalian Pertanian

Kondisi setelah erupsi Merapi membuat warga Dusun Treko Magelang harus menata kembali kehidupan mereka. Pelbagai persoalan yang muncul pasca bencana seperti, perekonomian yang terhenti satu bulan lebih karena warga mengungsi, lahan pertanian yang harus diolah kembali, dan persoalan lain diperbincangkan dalam rembug warga Dusun Treko (22/01/2011). Pertemuan tersebut dilangsungkan di rumah Sutari, salah satu pamong di Dusun Treko, dari pukul 20.00 hingga 23.20 WIB.

Debu vulkanik Merapi yang dahulu menutupi persawaan milik warga dan membuat petani gagal panen, kini diharapkan mampu membuat tanah menjadi lebih subur. Pengetahuan tentang pengelolan lahan yang tepat sangat dibutuhkan warga. Melihat kebutuhan tersebut, Forum Warga Bantul dan infest Yogyakarta terlibat dalam pertemuan untuk membantu menggali pelbagai pendapat dari 25 kepala keluarga yang menghadiri pertemuan.
Muhyidin, pegiat Forum Warga Bantul sekaligus Ketua Lakpesdam NU Bantul, mengawali diskusi dengan memetakan persoalan yang sedang dihadapi warga. Sebagian besar persoalan yang ditangkap adalah persoalan pertanian. Warga Dusun Treko mayoritas adalah petani, mereka juga merawat lembu gaduh (ternak titipan), namun pengelolaan pertanian dan peternakan masih mereka lakukan dengan tingkat ketergantungan yang cukup tinggi pada sumber daya diluar mereka.
Saat sesi pemetaan, warga menyampaikan pelbagai kebutuhan pertanian yang masih harus penuhi dengan membeli atau berhutang. Persoalan pupuk misalnya, warga baru menyadari jika salah satu pupuk yang mereka beli ternyata mampu mereka produksi sendiri. Hal ini terjadi ketika Muhyidin meminta salah satu warga menunjukkan pupuk cair yang mereka beli. Setelah mengamati, Muhyidin menyampaikan jika pupuk organik cair yang dibeli warga diproses dari air kencing lembu, sesuatu yang sangat mudah didapat warga karena sebagian besar petani juga merawat lembu.
“ini bukan persoalan kita tertipu, namun distributor pupuk tersebut memiliki pengetahuan lebih dulu dari pada kita dalam mengelola air kencing sapi,” tutur Muhyidin.
Setelah mengurai beragam persoalan seputar pertanian, warga kemudian sepakat membuat kelompok-kelompok kerja. Kegiatan perdana yang akan dilakukan kelompok kerja adalah membangun fasilitas penampungan limbah di sekitar kandang lembu. Lima kelompok kerja, masing-masing dikoordinir oleh Sutari, Wiyoto, Nur, Pikir, dan Karni. Kelompok kerja tersebut menyepakati dana stimulan dari bantuan yang digalang infest untuk digunakan secara bergulir.
Berbekal perencanaan yang disusun pada pertemuan rembug warga, setiap kelompok kerja akan membangun penampungan limbah kotoran sapi di salah satu kandang milik anggota kelompok untuk dijadikan percontohan. Kemudian pupuk yang dihasilkan akan dibeli oleh anggota kelompok hingga dana bergulir terkumpul kembali dan digunakan membangun kandang milik anggota yang lain. Begitulah seterusnya hingga setiap anggota kelompok memiliki fasilitas penampungan limbah kotoran sapi dan mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli pupuk.
Upaya secara perlahan akan dilakukan tim fasilitator infest dan Lakpesdam NU Bantul untuk mendampingi warga Treko, agar secara bertahap masyarakat menjadi mandiri dan lebih berdaya dengan memaksimalkan sumber daya di sekitar mereka.(LMX)


Related Articles